“Preman Tanam Pohon” Transformasi Positif Anak Jalanan di Kaki Gunung Burangrang

Bandung Barat

Bandung Barat – 7 April 2025

Sebuah inisiatif unik dan menyentuh dari Kepala Desa Kertawangi Yanto Bin Surya atau yang lebih dikenal Steve Ewon, mengubah narasi seputar kelompok yang kerap dicap miring. Dalam sebuah gerakan bertajuk “Dari Preman Jadi Penanam”, puluhan pemuda yang biasa nongkrong di pangkalan ojek, parkiran Alpa, dan sudut-sudut jalanan Bandung Barat—yang sering diasosiasikan dengan premanisme—diajak turun tangan dalam aksi penghijauan di kaki Gunung Burangrang.

Kegiatan ini tak sekadar penanaman pohon, tapi juga upaya membangkrutkan premanisme dengan merangkul keberanian mereka untuk tujuan yang lebih mulia.

“Kalau biasanya minta rokok, sekarang kita ajak minta pahala. Lebih baik masuk surga daripada masuk bui,” ujar Ewon dengan gaya khasnya yang membumi tapi menggelitik.

Dari Nongkrong Jadi Pahlawan Lingkungan

“Preman” yang semula jadi objek razia, kini justru diajak jadi subjek perubahan. Lewat pendekatan humanis, Ewon dan tim mengajak mereka menanam lebih dari 200 pohon di kawasan hulu Sungai Cimeta—wilayah rawan banjir akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.

“Melak tangkal (menanam pohon) teh ibadah. Itu pahala jariyah. Selama pohon itu hidup, selama itu pula kebaikan mengalir buat yang nanam,” terang salah satu peserta, penuh semangat.

Pohon yang ditanam pun bukan sembarang pohon. Di antaranya pohon jambe, yang dikenal punya manfaat medis: dari menguatkan otot, mengobati cacingan, hingga meningkatkan vitalitas.

Mengubah Stigma: Kita Bukan Preman, Kita Penanam

Banyak dari mereka awalnya skeptis, namun setelah diberikan pemahaman bahwa oksigen yang mereka hirup hari ini adalah hasil dari pohon yang ditanam nenek moyang, narasi pun berubah.

“Preman itu bukan soal tampang, tapi soal keberanian. Dan hari ini kita buktikan, keberanian itu bisa untuk menjaga bumi,” ungkap Steve Ewon.

Aksi ini juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi kemasyarakatan seperti GBR, Pemuda Pancasila, Briges KBB, dan Sundawani Buana. Semua bersepakat:

“Kita bukan cari teman, kita cari saudara. Kita bukan preman, kita penanam.”

Alam Adalah Amanah

Ewon menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan wujud nyata kepedulian terhadap masa depan anak cucu. Ia juga mengkritik alih fungsi lahan terasering menjadi kebun sayuran, yang justru meningkatkan risiko erosi dan banjir.

“Kita nggak bisa diem lihat Bandung kebanjiran terus. Kita harus rawat alam, karena kalau kita jaga alam, alam akan jaga kita,” tegasnya.

Closing yang Menggugah

Dengan semangat gotong royong dan pesan moral yang kuat, kegiatan ini sukses menginspirasi.

“Kalau hidup belum pernah nanam pohon, kita rugi. Kita wariskan kebaikan, bukan masalah. Kita tanam hari ini, untuk napas mereka nanti,” tutup Ewon, disambut tepuk tangan dan teriakan “Solid!” dari para peserta.(By Nuka).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *