Ngamprah, 29 Mei 2025. Dalam perayaan Milangkala ke-4 Paguyuban Pejuang Pemekaran Peduli Kabupaten Bandung Barat (P4KBB), ada satu sosok perempuan yang mencuri perhatian lewat sambutan dan gagasannya. Dia adalah Ibu Tuti Turimayanti, anggota Komisi I DPRD Kabupaten Bandung Barat. Dengan gaya bicara yang hangat dan penuh semangat, Ibu Tuti menyampaikan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, organisasi, dan pemerintah demi masa depan Bandung Barat yang lebih baik.
“Bandung Barat nggak bisa jalan sendiri. Nggak cukup hanya pemerintah saja yang bergerak. Harus bareng-bareng, gotong royong, saling dorong dan ingetin,” ujarnya saat memberi sambutan.

Menurutnya, keberadaan P4KBB bukan hanya simbol sejarah perjuangan pemekaran wilayah, tapi juga harus dilihat sebagai mitra kritis dan konstruktif yang terus mengawal arah pembangunan di KBB. Ia menilai para tokoh dalam P4KBB punya integritas dan kapasitas yang sangat besar dalam memberi masukan kepada pemerintah.
“P4KBB ini isinya orang-orang hebat semua. Senior-senior yang dari dulu sudah ikut memperjuangkan KBB bisa jadi daerah otonom. Tapi mereka nggak berhenti di situ. Sampai sekarang masih aktif ngawal arah pembangunan. Itu luar biasa,” tambahnya.
Sebagai anggota Komisi I DPRD yang membidangi urusan pemerintahan, hukum, organisasi kemasyarakatan dan aparatur daerah, Ibu Tuti merasa punya tanggung jawab moral untuk membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya dengan semua elemen masyarakat. Menurutnya, pengawasan dan kritik dari masyarakat adalah vitamin bagi jalannya roda pemerintahan.
“Namanya pemerintah, kalau nggak diingetin ya bisa salah arah. Nah, peran kayak P4KBB ini penting banget buat jadi mitra yang terus mengingatkan, memberi saran, sekaligus mendukung program-program yang bener-bener pro rakyat,” katanya.

Dalam suasana penuh kehangatan, Ibu Tuti juga mengajak seluruh hadirin untuk sama-sama menjaga semangat gotong royong. Ia berharap momen ulang tahun ke-4 ini jadi pemantik semangat baru buat P4KBB agar lebih solid dan aktif menyuarakan kepentingan masyarakat.
“Periode demi periode, harus ada perbaikan. Jangan hanya ramai saat pemilihan, tapi setelah itu harus terus dikawal. Pemerintah itu mitra rakyat jadi harus terbuka terhadap kritik dan masukan,” tegasnya.
Ia juga menyinggung pentingnya pembangunan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Menurutnya, indikator keberhasilan pembangunan itu bukan hal yang ribet.
“Yang penting tuh jalan bagus, sekolah anak-anak nyaman, puskesmas gampang diakses, rumah-rumah nyala listrik. Itu aja dulu. Kalau yang dasar-dasar aja udah sulit, gimana mau ngomong soal kemajuan?” tuturnya dengan nada prihatin namun tegas.
Ibu Tuti juga menegaskan bahwa Komisi I DPRD KBB akan terus mendorong OPD-OPD di bidang pemerintahan dan hukum agar lebih transparan, terbuka, dan responsif terhadap suara masyarakat. Ia mengajak semua elemen, termasuk P4KBB, untuk aktif dalam menyampaikan aspirasi.

“Kita tuh bukan musuhan, tapi saling menguatkan. Pemerintah, dewan, dan masyarakat harus kerja bareng. Bandung Barat ini rumah kita semua, masa kita biarin berantakan?”
Dengan gaya khas perempuan yang hangat tapi lugas, Ibu Tuti menutup sambutannya dengan harapan besar bahwa sinergi antara P4KBB dan pemerintah daerah bisa makin erat ke depannya. Ia percaya bahwa pembangunan yang inklusif hanya bisa tercapai kalau semua pihak duduk bersama dan mendengarkan satu sama lain.
“Kalau semua bisa jalan bareng, hasilnya pasti lebih terasa. Saya di Komisi I siap terbuka berdiskusi. Ayo sama-sama kita jaga Bandung Barat biar makin maju, makin manusiawi.”
Milangkala ke-4 P4KBB ini bukan hanya jadi ajang nostalgia perjuangan, tapi juga refleksi ke mana arah Bandung Barat ke depan. Dan dari suara Ibu Tuti, kita tahu: harapan itu masih ada, asal kita mau bareng-bareng.
By Nuka.