Seorang pemimpin yang tulus mencintai rumah-rumah Allah, yang hatinya terpaut pada kemuliaan tempat ibadah, niscaya setiap sujud dan amalnya akan bersemi menjadi ladang pahala yang tak terputus. Kepedulian terhadap kemegahan dan kenyamanan masjid bukan sekadar urusan duniawi, melainkan cerminan keimanan yang mendalam. Bukankah Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang memakmurkan masjid? Amal jariyah seorang pemimpin yang mewakafkan perhatian dan dayanya untuk kemuliaan rumah Allah akan terus mengalir, seiring dengan lantunan ayat suci dan kekhusyukan ibadah yang bergema di dalamnya.

Masjid Agung, lebih dari sekadar bangunan, ia adalah denyut nadi keagamaan sebuah daerah. Simbol kemegahan Islam, ikon yang memancarkan syiar dan menjadi oase spiritual bagi umat. Keberadaannya yang megah, kebersihannya yang terjaga, serta ramainya kegiatan ibadah dan syiar agama, adalah cerminan vitalitas umat dan perhatian para pemimpinnya. Masjid Agung menjadi kebanggaan, tempat bertemunya hati-hati yang rindu akan kedamaian dalam naungan ilahi.
Namun, sebuah ironi terasa begitu mengusik kalbu. Di jantung pemerintah kota, bahkan mungkin hanya sepelemparan batu dari pusat kekuasaan, berdiri sebuah Masjid Agung yang seolah terlupakan. Masjid yang dalam kesehariannya menjadi saksi bisu sujud dan doa para pemangku kebijakan, yang seharusnya menjadi etalase kemuliaan Islam di mata masyarakat, justru merana dalam diam.
Bayangkanlah, di sebelah mimbar yang khidmat, untaian indah Asmaul Husna yang seharusnya memancarkan keagungan nama-nama Allah, kini rumpang. Huruf-hurufnya rontok, seolah merintih dalam kesunyian. “Jika para malaikat menyaksikan pemandangan ini, adakah kesedihan yang tak berbekas di hati mereka?”
Dinding-dinding yang dulunya megah, kini terkelupas catnya, memudarkan keindahan dan meninggalkan kesan kurang terawat. Bahkan, tempat wudhu yang seharusnya menjadi sumber kesucian sebelum menghadap Sang Khalik, pun mulai usang dan memudar pesonanya.
Wahai para pemimpin yang diamanahi kekuasaan, wahai umat Muslim yang memiliki kepedulian di hati! Masjid Agung yang berdiri di hadapan mata, yang setiap hari menjadi tempat bersujud sebagian dari kita, “dia” merindukan sentuhan kasih dan perhatian. Jangan biarkan ikon keagamaan ini terus merintih dalam diam. Uluran tangan kita, sekecil apapun, akan menjadi oase di tengah dahaga perbaikan.
Mari kita ketuk pintu hati kita masing-masing. Ingatlah, memakmurkan rumah Allah adalah investasi abadi. Kepedulian kita terhadap Masjid Agung adalah cerminan kecintaan kita kepada Allah dan sesama. Ulurkanlah tangan, satukanlah langkah, agar kemegahan Masjid Agung kembali bersinar, menjadi kebanggaan umat, dan saksi bisu kemuliaan Islam di negeri ini. Jangan sampai keindahan yang seharusnya terpancar, justru tertutup oleh kelalaian dan ketidakpedulian. Mari bertindak, sebelum rintihan bisu rumah Allah ini semakin dalam menusuk relung hati kita.
Semoga narasi ini dapat menyentuh dan mengetuk pintu hati para pemimpin serta umat sekalian.