“Forkopimda Cup 2 – Ulin Usik Jawara” Jadi Panggung Persatuan dan Kebudayaan Pencak Silat di Kabupaten Bandung Barat

Bandung Barat Nasional Pendidikan

Parongpong, 31 Mei 2025, Bandung Barat – Suasana penuh semangat dan kekeluargaan mewarnai acara Forkopimda Cup 2 , Ulin Usik Jawara yang digelar di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (tanggal acara). Ajang bergengsi ini mempertemukan para pendekar dari 16 paguyuban pencak silat dalam semangat pelestarian budaya sekaligus membangun sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan para tokoh seni bela diri tradisional.

Dengan mengusung semangat “Bener, Jujur, Satria”, semboyan luhur Paguyuban Paguron Seni Penca Silat (Papag Setra)—acara ini tak hanya menjadi medan pertunjukan ketangkasan, tetapi juga menjadi simbol kekuatan budaya lokal dalam membentuk karakter generasi muda.

Semarak Pembukaan dan Deretan Tokoh Penting yang Hadir

Pembukaan acara diawali dengan penyambutan hangat kepada sejumlah tamu kehormatan yang hadir di tengah-tengah peserta dan masyarakat. Hadir mewakili Bupati Bandung Barat, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB, Akhmad Panji Hernawan, S.H., M.Si., memberikan sambutan yang penuh optimisme. Turut hadir pula Camat Parongpong Herman Permadi, Kepala Desa Cihanjuang Gagan Wirahma, Kepala Desa Ciwaruga Dadang Carmana, Ketua DPD Papag Setra, serta perwakilan dari Kapolres, Dandim, dan Apdesi Kabupaten Bandung Barat.

Pembukaan ditandai dengan pukulan gong, yang menjadi simbol dibukanya gelanggang persaudaraan dan pertarungan penuh sportivitas para jawara silat.

Dalam sambutannya, Akhmad Panji Hernawan menyampaikan apresiasi dan harapan besar dari pemerintah daerah terhadap acara ini:

Terima kasih kepada seluruh peserta dan panitia yang telah menyukseskan Forkopimda Cup 2. Kegiatan seni dan budaya seperti ini akan terus mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan juga dari Gubernur Jawa Barat. Kami berharap acara ini bisa menjadi agenda rutin tahunan yang memperkuat karakter dan potensi wisata budaya di daerah kita.”

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat, Bapak Panji, menyoroti pentingnya ruang ekspresi bagi para seniman dan budayawan lokal. Menurutnya, banyak seniman di KBB yang aktif membina generasi muda namun sering kali kesulitan mendapatkan panggung untuk tampil.

“Mereka selalu bertanya, ‘Pak, kapan saya tampil?’ Inilah yang menjadi dasar pentingnya ajang seperti Porkopinda Cup,” ujarnya. Ia berharap ajang ini bisa menjadi agenda tahunan dan dikembangkan menjadi festival pencak silat untuk memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat luas.

Lebih lanjut, Pak Panji menyampaikan bahwa Dinas Pariwisata berkomitmen untuk melakukan pendataan terhadap seluruh paguron di 165 desa agar pembinaan bisa berjalan merata. “Kami minta kecamatan dan desa mendata semua paguron dan mendaftarkannya ke dinas agar bisa diikutsertakan dalam berbagai kegiatan budaya,” jelasnya.

Ia juga berharap para juara dari ajang lokal dapat dibina untuk tampil di tingkat provinsi bahkan nasional. “Budaya adalah jati diri kita. Kita harus bersama-sama menjaga dan melestarikannya,” pungkasnya.

Ajang Silaturahmi 265 Pendekar dari 16 Paguyuban

Sementara itu, Ketua DPP Papag Setra dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan bangga atas terselenggaranya acara ini. Tercatat sebanyak 265 peserta dari 16 paguyuban silat ambil bagian dalam kegiatan ini. Tak kurang dari 156 penampilan seni dan jurus dipertunjukkan dalam suasana yang khidmat dan penuh semangat.

Dalam kesempatan terpisah wawancara dengan Kepala Desa Ciwaruga, Bapak Dadang Carmana, menyatakan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan ajang seni bela diri pencak silat seperti Perkopinda Cup. Menurutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat dalam membangkitkan semangat dan prestasi generasi muda, khususnya di wilayah Desa Ciwaruga dan Kecamatan Parongpong.

“Saya sebagai pecinta seni pencak silat sangat mendukung kegiatan ini. Banyak anak-anak dari desa kami yang tergabung dalam berbagai paguron, dan ini menjadi wadah positif untuk menyalurkan minat mereka,” ujar Dadang.

Ia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin yang lebih besar di masa depan, serta mampu menjangkau seluruh 16 kecamatan di Bandung Barat. Selain itu, ia mendorong agar sertifikat keikutsertaan dari ajang ini bisa diakui sebagai bukti prestasi yang dapat digunakan saat mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

“Kami ingin anak-anak tidak hanya ikut serta, tapi juga mendapat manfaat nyata. Prestasi mereka harus diakui dan bisa menjadi bekal untuk masa depan,” tambahnya.

“Ini bukan sekadar perlombaan, tetapi adalah ajang silaturahmi budaya. Di sinilah kita berkumpul, bertukar jurus dan rasa, membangun persatuan antar paguron, dan melestarikan warisan leluhur. Semoga acara ini terus berlanjut dari tahun ke tahun,” ucapnya penuh haru.

Para peserta mempertontonkan keindahan gerak pencak silat yang bukan hanya tangguh dalam teknik, tetapi juga sarat nilai estetika dan spiritualitas. Baik seni tunggal, ganda, maupun regu tampil dengan iringan musik tradisional yang menggetarkan jiwa, memperlihatkan kedalaman makna dari setiap gerakan silat sebagai bentuk dialog antara tubuh, alam, dan budaya.

Paguyuban yang Hadir Meriahkan Gelanggang

Ke-16 paguyuban yang tampil mencerminkan keragaman aliran dan gaya silat yang hidup di wilayah Bandung Barat dan sekitarnya. Beberapa di antaranya ialah:

Papag Setra
Pusaka Tapak Tilas – Darma Saputra
Putra Domas Sabilulungan – Desa Cigugur
Padepokan Usik Buhun – Gunung Masigit
Beladiri Gelar Putra Sumirat
Yayasan Pencak Silat Gajah Putih – Mega Pakai Pusaka
Layang Kencana Wulung
Gelar Singajaya
Gajah Putih Murhadi – Lembang
OPSI Kuta Galuh – Bandung Barat,
dan lain-lain.

Masing-masing paguyuban membawa kekhasan gerak, pakaian, dan semangat lokal yang menjadi kekayaan tak ternilai bagi budaya Sunda dan bangsa Indonesia.

Silat: Bukan Sekadar Bela Diri, Tapi Warisan Peradaban

Sebagaimana telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, pencak silat bukan hanya sistem bela diri, tetapi juga jalan hidup. Ia mengajarkan nilai-nilai luhur seperti kesabaran, keberanian, hormat kepada guru, dan keseimbangan antara jasmani dan rohani.

Melalui ajang seperti Forkopimda Cup 2 – Ulin Usik Jawara, warisan ini tidak hanya dijaga, tapi juga dikembangkan untuk menjawab tantangan zaman. Pencak silat kini tidak hanya hidup di padepokan, tetapi juga di hati masyarakat, dalam dunia pendidikan, pariwisata, dan bahkan di panggung dunia.

Penutup

Forkopimda Cup 2 menegaskan bahwa pencak silat adalah jantung budaya Sunda, dan Kabupaten Bandung Barat adalah salah satu pusat nadinya. Dengan semangat kebersamaan, seluruh peserta, tokoh, dan masyarakat telah menunjukkan bahwa budaya bukan untuk dikenang, tetapi untuk dihidupkan, diperjuangkan, dan diwariskan.

“Wilujeng tandang, para tandang. Hayu urang jaga budaya urang ku lampah, lain saukur carita.” By Nuka.
.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *