Kepedulian yang Menghidupkan Harapan: Kisah Sri Rahayu dan Sentuhan Kemanusiaan dari Camat Lembang

Bandung Barat Profil

Lembang, 26 Juli 2025 — Di tengah sejuknya udara pegunungan Lembang, sebuah kisah tentang keteguhan, empati, dan solidaritas manusia terukir dalam diam. Sri Rahayu, seorang gadis berusia 15 tahun, harus menghadapi ujian hidup yang tidak ringan: kelainan pada paru-parunya membuatnya dirawat intensif di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) selama hampir tiga minggu. Paru-paru yang dipenuhi cairan membuatnya sangat bergantung pada bantuan oksigen, sementara keluarganya berjuang di balik layar dengan sumber daya terbatas.

Ayah Sri, Bapak Rahmat, adalah anggota Linmas Desa Jayagiri dan juga seorang sopir ambulans desa. Ia terbiasa membantu warga yang membutuhkan transportasi medis, namun ketika anaknya sendiri berada dalam kondisi kritis, ia nyaris tidak tahu ke mana harus meminta pertolongan. Dalam situasi tersebut, bantuan datang dari arah yang tak terduga, dunia maya.

Sebuah pesan langsung (direct message) yang dikirim melalui TikTok oleh seorang ibu, yang mengetahui kondisi Sri Rahayu, sampai ke tangan Ibu Maya Ekawati, istri Camat Lembang Drs. Bambang Eko. Pesan itu mengetuk nuraninya. Tanpa protokol rumit atau birokrasi yang melambatkan, Ibu Maya segera bertindak. “Tanpa menunda, bantuan satu unit tabung oksigen yang sangat krusial bagi Sri Rahayu segera langsung disalurkan, setelah Sri Rahayu sudah pulang ke rumahnya dari perawatan Rumah Sakit.

Ibu Maya, yang sempat berniat menjenguk langsung ke RSHS, menyampaikan doa tulusnya, “Aamin YRA, semoga cepat sembuh ya, Pak.” Ini bukan sekadar ungkapan formalitas, melainkan bentuk perhatian nyata dari figur publik kepada warga yang tengah berjuang.

Alhamdulillah bu, anak saya sudah pulang,” kata Bapak Rahmat dengan penuh syukur. Sri Rahayu memang telah kembali ke rumah, namun masa pemulihannya masih panjang. Ia masih memerlukan doa dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk kembali sehat dan aktif seperti sebelumnya.

Kisah ini menjadi bukti bahwa komunikasi digital bukan hanya sekadar hiburan dan informasi, tetapi juga bisa menjadi jembatan harapan dalam situasi genting. Apa yang dilakukan Ibu Maya menunjukkan bahwa empati masih menjadi nilai utama dalam pelayanan publik.

Kehadiran Camat Lembang dan istrinya dalam peristiwa ini memperlihatkan bagaimana pejabat publik tidak hanya berfungsi sebagai administrator, tetapi juga sebagai penghubung antara kebutuhan masyarakat dan solusi nyata. Dalam konteks Lembang, hal ini bisa menjadi contoh pendekatan kepemimpinan yang humanis dan adaptif — mampu bergerak cepat ketika krisis datang, sekaligus membangun relasi sosial yang kuat dengan warganya.

Keluarga Sri pun menyampaikan harapan penuh makna: “Semoga Bapak Camat dan Ibu Camat selalu sehat dan dimudahkan rezekinya.” Sebuah ucapan sederhana, namun mencerminkan rasa terima kasih yang tulus atas kepedulian yang mungkin tak ternilai.

Kisah ini bukan sekadar narasi bantuan sosial. Ini adalah refleksi tentang bagaimana kepedulian, bahkan dalam bentuk sekecil tabung oksigen, bisa menjadi nyawa tambahan bagi sebuah keluarga. Ini pula pengingat bahwa di balik struktur birokrasi, masih ada ruang luas untuk kemanusiaan dan kepekaan terhadap derita sesama.

Di Lembang, hari itu, satu nyawa anak terselamatkan. Dan dunia menjadi sedikit lebih baik, karena seseorang memilih untuk peduli. (Nuka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *