Lembang, 2 Agustus 2025. – Dalam upaya memperkuat kelembagaan ekonomi desa, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat menggelar pertemuan penting bersama para pengurus Koperasi Desa Mandiri Produktif (KDMP) dari Desa Cikole dan Suntenjaya, serta mitra strategis dari BUMN seperti Bank BNI dan PT Pos Indonesia. Pertemuan ini menjadi tindak lanjut konkret dari program pembinaan dan pemberdayaan koperasi berbasis desa agar mampu menjadi lokomotif ekonomi masyarakat.

Kabid Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat, Rochmat Bahtiar, dalam arahannya menegaskan pentingnya membangun kemitraan yang sinergis antara KDMP dan BUMN. “Kedepannya, kemitraan adalah keniscayaan yang saling membutuhkan,” ujarnya. Rochmat juga menekankan perlunya bimbingan teknis dan pelatihan intensif dari BUMN kepada para pengelola KDMP agar mampu mengoperasikan aplikasi dan sistem kerja sama secara efektif.
Kehadiran PT Pos dan BNI dalam pertemuan ini bukan hanya simbolik, melainkan bagian dari komitmen jangka panjang untuk membangun sistem usaha koperasi yang tangguh dan terintegrasi. PT Pos Indonesia misalnya, akan mendukung KDMP melalui platform PosPay, layanan pengiriman logistik skala besar, serta konektivitas distribusi antar daerah. “Kami ingin produk-produk lokal tidak hanya berputar di daerah sendiri, tetapi bisa menjangkau pasar lebih luas, bahkan antar negara,” kata Tri Rahayu dari PT Pos Indonesia.

Sementara itu, Chepy dari Bank BNI menjelaskan tentang peran BNI sebagai agen kemitraan keuangan, di mana KDMP dapat menjadi Agen46 yang melayani berbagai transaksi perbankan dan menerima fee dari setiap layanan. “Kami tengah menyiapkan produk khusus bagi KDMP, dan membuka peluang kerja sama strategis dengan model bisnis yang berkelanjutan,” ungkapnya. KDMP diimbau segera membuka rekening di BNI agar kelak dapat mengelola dana bantuan sosial dan Program Indonesia Pintar (PIP) secara langsung melalui koperasi.
Ketua KDMP Desa Cikole, Komarudin, menyampaikan bahwa saat ini telah terbentuk Forum Komunikasi KDMP Kecamatan Lembang, yang akan dideklarasikan secara resmi pada 12 Agustus mendatang. Forum ini menjadi sarana koordinasi 15 KDMP di wilayah tersebut. Komarudin menekankan bahwa keberhasilan koperasi tidak ditentukan oleh jumlah anggota semata, tetapi oleh kekuatan model bisnis yang menarik dan fungsional. “Saat ini kami punya 15 agen aktif, masing-masing beromzet sekitar Rp300 ribu per hari. Jika ini berkembang, potensi perputaran sembako sangat besar,” jelasnya.

Dalam sesi wawancara terpisah, Ketua KDMP Desa Cikole, Komarudin, menyambut baik kehadiran dua mitra BUMN tersebut.
“Ini sangat bagus. Kegiatan ini menunjukkan sinergi sebagaimana yang diinstruksikan oleh Bapak Presiden. Di lapangan, ini mulai diimplementasikan dan kami berharap seluruh BUMN benar-benar bersatu untuk mendukung ekonomi desa,” ujar Komarudin.
Cikole Kembangkan Model Bisnis Koperasi Berbasis Agen
Komarudin juga memaparkan bahwa koperasi yang dipimpinnya kini telah memiliki model bisnis baru dengan sistem agen.
“Saat ini kami memiliki 15 agen aktif yang tersebar di berbagai titik. Tujuannya untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan kepada anggota koperasi maupun masyarakat umum,” jelasnya.
Saat ini KDMP Cikole masih fokus pada distribusi sembako. Meski jumlah anggotanya masih terbatas, yaitu sekitar 104 orang, pihaknya mengutamakan kualitas partisipasi anggota.
“Kami tidak asal rekrut. Anggota koperasi adalah mereka yang benar-benar paham dan mendukung koperasi. Minimal, kebutuhan pokok mereka—seperti beras, minyak, telur—dibeli dari koperasi. Ini bentuk kontribusi langsung terhadap keberlanjutan koperasi,” tegas Komarudin.
Kopdes Suntenjaya Fokus Bertahap dan Terarah
Sementara itu, Indra, Ketua Koperasi Desa Meraih Putih Suntenjaya, menuturkan bahwa koperasi di wilayahnya juga tengah mengalami perkembangan. Hingga saat ini, jumlah anggota telah mencapai sekitar 120–170 orang.
“Kami masih terus bergerak. Tapi bukan kuantitas dulu yang utama. Kami mengikuti arahan Ketua Kopdes pusat dan melangkah secara bertahap untuk membangun koperasi yang solid,” ujar Indra.
Kopdes Suntenjaya juga fokus pada sektor sembako yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
“Kami menjadikan ketua kopdes sebagai figur utama dalam pembinaan. Fokus utama kami saat ini adalah menyediakan sembako, karena itu yang paling dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Respon Warga Positif, Harapan Bangkitkan Ekonomi Desa
Menanggapi kehadiran koperasi sebagai alternatif dari praktik rentenir atau pinjaman informal seperti bang emok, Indra menyampaikan bahwa warga menyambut baik program ini.
“Respon warga sangat positif. Mereka ingin kebutuhan sembako bisa terpenuhi dengan harga dan sistem yang lebih bersahabat. Ini juga menjadi solusi untuk menghindari ketergantungan pada pinjaman yang merugikan,” jelasnya.
Dengan sinergi yang terus dibangun antara koperasi desa dan mitra BUMN, diharapkan peran koperasi sebagai tulang punggung ekonomi rakyat semakin menguat dan berkelanjutan.
Pertemuan ini menjadi gambaran nyata bahwa koperasi bukan lagi entitas tradisional yang kaku, tetapi bisa menjadi entitas modern yang adaptif dan bersinergi dengan perusahaan besar. Semangat kolaborasi antara KDMP, pemerintah, dan BUMN inilah yang diharapkan mampu menggerakkan perekonomian desa secara berkelanjutan dan inklusif. Dengan penguatan kelembagaan serta dukungan digitalisasi dan logistik, koperasi desa berpeluang besar menjadi pilar ekonomi kerakyatan yang kokoh di era modern. (Nuka)