Lembang, Bandung Barat – 5 Agustus 2025 – Dalam semangat memperkuat kemandirian ekonomi desa dan membangun solidaritas antarwilayah, Pemerintah Kecamatan Lembang bersama para kepala desa dan pengurus Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) sepakat untuk melaksanakan grand opening operasional 16 KDMP secara serentak. Rencana ini menjadi salah satu pokok pembahasan dalam Rapat Minggon yang digelar baru-baru ini, dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Camat Lembang Bambang Eko, Ketua Apdesi Agus Karyana, hingga perwakilan Polres Cimahi bidang ekonomi.
Rapat yang dibuka oleh Kasi Binmas Kecamatan, Ibu Siti Mariam, dibuka dengan semangat kolaboratif dan harapan besar terhadap KDMP sebagai motor penggerak ekonomi desa. KDMP dirancang untuk menjadi lembaga ekonomi yang tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan dan membuka lapangan pekerjaan, tetapi juga mendorong ekonomi kerakyatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan.

“Lembang memiliki kurang lebih 210 ribu jiwa yang tersebar di 16 desa. Jika dikelola secara terstruktur oleh KDMP, ini akan menjadi potensi ekonomi yang luar biasa,” ungkap Camat Lembang, Bambang Eko, dalam arahannya.
Lembang dalam Sorotan Nasional
Tak dapat dipungkiri, Kecamatan Lembang telah menunjukkan geliat positif dalam pengelolaan desa. Tiga desa yakni Desa Lembang, Desa Cibodas, dan Desa Kayu Ambon dinobatkan oleh BPKP sebagai desa dengan pengelolaan terbaik. Bahkan, kawasan ini telah menarik perhatian kementerian, sebagai bukti nyata atas upaya transformasi kelembagaan dan ekonomi di tingkat akar rumput.

Camat Bambang juga menyampaikan bahwa delapan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menunjukkan minat untuk menjalin kemitraan dengan KDMP Lembang. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi desa kini mulai dilihat sebagai mitra strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam konteks penguatan ekonomi lokal.
Pembentukan Forum KDMP dan Rencana Grand Opening
Selama dua minggu terakhir, telah terbentuk Forum KDMP Kecamatan Lembang sebagai wadah koordinasi antar-KDMP. Forum ini diketuai oleh Komarudin dari Desa Cikole, dengan pengurus lain seperti Sudrajat (Desa Lembang) sebagai sekretaris, Wawan (Desa Cibodas) sebagai bendahara, Irham (Desa Gudang Kahuripan) Ketua Bid Kelembagaan,
Indra (Desa Sunten Jaya) Ketua Bid Pengembangan Usaha, Dudung (Desa Langensari) Bid Keanggotaan dan Pelatihan.

“Forum ini dibentuk sebagai sarana berbagi informasi, pengalaman, dan strategi antar-KDMP agar bisa saling menguatkan dan tidak berjalan sendiri-sendiri,” ujar Komarudin.
Forum tersebut merencanakan pelaksanaan grand opening operasional 15 KDMP secara serentak, yang bertujuan untuk menampilkan kekompakan dan menarik perhatian publik, mitra usaha, serta vendor nasional. Grand opening ini dirancang menjadi momen strategis yang bukan sekadar seremoni, tetapi sebagai platform eksposisi potensi dan kekuatan ekonomi desa di Kecamatan Lembang.
Acara tersebut direncanakan akan digelar di Nirwana Resort, dengan mengundang 500 orang termasuk Gubernur, Bupati, dan perwakilan mitra BUMN. Setiap desa akan mengirimkan 20 orang delegasi, lengkap dengan seragam, dan menyediakan booth untuk memamerkan produk unggulan masing-masing desa. Biaya pelaksanaan diperkirakan mencapai Rp 50 juta, yang dibagi rata Rp 3 juta per desa.
Namun, sejumlah kepala desa dan ketua koperasi desa merah putih menyuarakan pandangan yang lebih realistis terkait pembiayaan dan kesiapan kelembagaan.

Berbagai Suara dan Masukan dari Desa
Dari Desa Cikidang, misalnya, muncul usulan agar KDMP difokuskan pada fungsi simpan pinjam, mengingat mayoritas warganya adalah petani. Ketua KDMP Cikidang juga menyarankan agar dana untuk grand opening bisa dicari dari sponsor, bukan hanya ditopang APBDes.
Desa Cikahuripan tengah bersiap meluncurkan KDMP pada 17 Agustus bersamaan dengan bazar desa. Mereka berharap KDMP dapat bertransformasi menjadi agen gas Elpiji 3 kg karena kelangkaan distribusi.
“Sebetulnya KDMP ini sudah dilaunching secara nasional oleh Presiden. Namun di tingkat desa, masyarakat masih menganggap KDMP sebagai koperasi simpan pinjam. Perlu edukasi agar pemahaman masyarakat lebih utuh,” terang perwakilan dari Desa Kayu Ambon

Desa Langensari lebih menekankan pentingnya pembangunan fondasi kelembagaan dan kesiapan SDM, alih-alih terburu-buru menggelar launching. Sementara itu, Desa Pagerwangi mengingatkan agar forum ini tidak dijadikan ajang pencitraan, melainkan sebagai forum silaturahmi dan solidaritas desa.
“Lebih penting memperkuat lembaga dan menyosialisasikan KDMP ke masyarakat. BUMN pun sebaiknya datang karena potensi kita, bukan sekadar karena diundang,” tegas perwakilannya.
Suara senada juga datang dari Desa Suntenjaya dan Cibodas, yang menekankan efisiensi anggaran dan urgensi ekspos media. Bahkan Kepala Desa Gudang Kahuripan mengingatkan bahwa di era digital, eksistensi lembaga sangat bergantung pada visibilitasnya.
Evaluasi dan Kesepakatan Akhir
Perwakilan Polres Cimahi bidang ekonomi, Dwi, menutup diskusi dengan menyoroti aspek keberlanjutan dan urgensi kemitraan strategis. Ia menyarankan agar grand opening tetap dilakukan, namun waktunya ditunda hingga forum bertemu langsung dengan calon mitra atau vendor dari BUMN. Dengan demikian, KDMP dapat mempresentasikan potensi masing-masing secara langsung dan membangun relasi berbasis kepercayaan.

Akhirnya, forum sepakat untuk melaksanakan grand opening setelah pertemuan dengan delapan BUMN, yang kemungkinan besar akan dilaksanakan pada bulan September 2025. Konsensus ini diambil sebagai upaya memastikan pelaksanaan acara berjalan efektif, efisien, dan berorientasi pada hasil.
“Grand opening ini bukan hanya seremoni. Ini adalah momen agar koperasi-koperasi desa di Lembang bisa mendapatkan akses bersama dari mitra strategis yang ditunjuk Presiden, bukan bekerja sendiri-sendiri,” ujar salah satu kesimpulan rapat.

Menyatukan Langkah, Menyongsong Masa Depan
Rapat ini menandai langkah strategis Kecamatan Lembang dalam memperkuat peran desa sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi. Dengan sinergi dan kolaborasi melalui Forum KDMP, harapannya setiap desa tidak hanya bertumbuh sendiri, tapi tumbuh bersama sebagai komunitas ekonomi yang kuat, mandiri, dan saling mendukung.

Jika rencana ini terlaksana dengan baik, Lembang berpotensi menjadi contoh nasional dalam penguatan koperasi desa sebagai pilar utama pembangunan berbasis masyarakat. Masa depan ekonomi kerakyatan tidak lagi bergantung pada pusat, melainkan tumbuh dari desa – tempat kehidupan bermula dan harapan tumbuh. (Nuka)