Desa Cihanjuang Tampilkan Inovasi dan Gotong Royong dalam Penilaian Anugerah Gapura Sri Baduga 2025

Bandung Barat Bangun Desa Nasional

Bandung Barat – 14 September 2025. Suasana hangat namun penuh semangat terasa ketika tim penilai Anugerah Gapura Sri Baduga tingkat Kabupaten Bandung Barat (KBB) 2025 berkunjung ke Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong. Desa yang berbatasan langsung dengan Kota Cimahi ini menampilkan berbagai capaian pembangunan, inovasi sosial, serta kekuatan gotong royong masyarakatnya.

Kegiatan penilaian ini bukan sekadar ajang perlombaan gapura, melainkan juga menjadi momentum bagi desa-desa untuk menampilkan identitas, kreativitas, serta capaian pembangunan yang telah dirintis. Dalam paparannya, Kepala Desa Cihanjuang, Gagan Wirahma, menekankan pentingnya partisipasi warga sebagai kunci kemajuan desa.

“Dengan swadaya masyarakat, kami berhasil mengumpulkan Rp25 juta untuk membantu salah seorang warga yang membutuhkan rumah. Ini bukti nyata kepedulian dan kegotongroyongan masyarakat Cihanjuang,” ujar Gagan.

Team penilaian dihadiri oleh :

  • Dudi Supriadi menjabat sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Kadis DPMD) Kabupaten Bandung Barat.
  • Yana Desiana mewakili Bidang Administrasi Desa
  • Hendi Setiyadi Kepala Bidang Administrasi Desa di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bandung Barat.
  • Pengurus PKK KBB Eka Maryati kbb
  • Disdik KBB Wika Kd
    Kejari Mirza
  • U. Aliyudin/TAPM-KBB

Gotong Royong sebagai Pondasi Pembangunan

Desa Cihanjuang menampilkan berbagai program unggulan yang lahir dari partisipasi masyarakat. Mulai dari koperasi desa yang diikuti seluruh RT dan RW, hingga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bergerak di bidang ketahanan pangan. Salah satu yang menonjol adalah pengelolaan ayam pedaging, yang meski sempat menuai pertanyaan terkait dampaknya bagi lingkungan permukiman, tetap dipandang sebagai langkah strategis menjaga ketersediaan pangan.

“Permintaan ayam pedaging sangat tinggi, sehingga masyarakat sepakat menjadikannya bagian dari program ketahanan pangan desa. Kami juga menyiapkan lahan khusus agar tidak mengganggu permukiman,” jelas Ketua BPD, Iman Taufik Safari, saat sesi tanya jawab.

Selain itu, desa juga menjalankan program air bersih, pembangunan pos ronda dengan CCTV yang dikelola RW, hingga kegiatan sosial seperti touring Karang Taruna. Sementara di bidang ekonomi kreatif, produk lokal seperti tahu susu Cihanjuang, Aromanis, dan kerajinan boneka Circa Handmade yang sudah menembus pasar ekspor, menjadi bukti kemandirian ekonomi desa.

Kiprah PKK dalam Sosial dan Kesehatan

Ketua TP PKK Desa Cihanjuang, Nia Kusmiati, turut memaparkan kiprah organisasinya dalam mendukung pembangunan desa. Menurutnya, PKK tidak hanya fokus pada pemberdayaan perempuan, tetapi juga aktif dalam mengatasi masalah sosial seperti stunting dan sampah.

Sejak 2019, PKK telah merintis bank sampah yang kini berkembang dengan skema “bazaar bersinar”, yaitu menukar sampah dengan sembako. Ada pula program kesehatan “satu telur” bagi balita selama enam bulan, hasil kerja sama dengan jaringan minimarket.

“Kami terus melakukan evaluasi dan pengumpulan data. Data itu penting untuk sinkronisasi program, termasuk dalam pencegahan stunting,” ungkap Nia.

PKK Desa Cihanjuang bahkan pernah menorehkan prestasi nasional dengan meraih juara sebanyak tiga kali dalam lomba PKK. Saat ini, jumlah kader aktif mencapai 280 orang yang tersebar di berbagai dusun dan RW.

Administrasi Desa dan BPD

Sementara itu, BPD Desa Cihanjuang menekankan pentingnya harmonisasi dengan pemerintah desa. Iman Taufik Safari menyebutkan bahwa pengelolaan aset desa, termasuk tanah carik yang sempat bermasalah, harus segera dituntaskan agar dapat dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi seperti ruko atau pusat usaha.

“Transparansi adalah kunci. Setiap peraturan desa disusun melalui kajian, disosialisasikan, lalu disepakati bersama masyarakat,” katanya.

Dalam kesempatan ini, tim penilai juga memberikan sejumlah pertanyaan kritis, mulai dari pengelolaan keuangan, sinkronisasi program, hingga inovasi digitalisasi. Kepala Desa menjawab bahwa Cihanjuang sudah mulai mengembangkan wifi desa agar masyarakat lebih melek digital, serta memasang papan informasi anggaran pada setiap proyek pembangunan untuk memastikan transparansi.

Tantangan Sampah dan Inovasi Hijau

Salah satu masalah utama Desa Cihanjuang adalah pengelolaan sampah. Dengan jumlah penduduk lebih dari 22 ribu jiwa yang tersebar di 15 RW, produksi sampah menjadi tantangan serius. Namun, alih-alih menyerah pada keadaan, desa justru menjadikan sampah sebagai peluang ekonomi dan inovasi sosial.

Kolaborasi dengan Bening Saguling Foundation serta pembentukan kelompok seperti KWT Hanjung Wangi di RW 10 menunjukkan pendekatan kreatif. Kelompok ini mengelola tanaman hidroponik sekaligus memanfaatkan sampah organik sebagai pakan maggot.

Ada pula paguyuban PHIESAW di RW 05 yang aktif membuat lubang biopori dan mengelola bank sampah. Semua ini sejalan dengan target desa untuk tidak lagi membuang sampah ke TPA, melainkan menjadikannya sumber daya baru.

“Cihanjuang bersih dari sampah adalah misi yang visioner,” ujar Ketua BPD menegaskan.

Bidang Pendidikan dan Sosial

Di sektor pendidikan, pemerintah desa meluncurkan program Paket A bagi warga yang putus sekolah, bekerja sama dengan lembaga kursus dan pelatihan. Bahkan, pendidikan agama juga diperkuat melalui pengajian rutin.

“Bila ada anak yang tidak mampu sekolah, desa akan membantu hingga ke tingkat LPK. Kami pastikan tidak ada anak Cihanjuang yang tertinggal pendidikan,” tutur Kepala Desa.

PKK juga berperan dalam menangani kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perlindungan anak, bekerja sama dengan Bhabinkamtibmas. Menurut Nia, pengaduan ditindaklanjuti secepat mungkin agar korban mendapatkan perlindungan dan rasa aman.

Data dan Capaian Pembangunan

Data resmi menunjukkan Desa Cihanjuang memiliki luas wilayah 3,41 km² dengan jumlah penduduk 22.651 jiwa, terbagi dalam 6.923 kepala keluarga. Struktur pekerjaan masyarakat beragam, mulai dari karyawan swasta (3.190 orang), buruh harian lepas (3.187), hingga petani, pedagang, dan PNS.

Di sektor infrastruktur, desa telah mengelola 21 ruas jalan sepanjang lebih dari 4 kilometer, termasuk jalan antar-RT dan RW yang secara bertahap diperbaiki. Upaya pencegahan banjir juga dilakukan dengan membangun saluran air sepanjang 3 kilometer.

Dari sisi anggaran, Dana Desa dimanfaatkan untuk berbagai program, seperti BLT bagi keluarga penerima manfaat, rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH), serta ketahanan pangan. Pada 2024, desa menyalurkan BLT-Dana Desa senilai Rp216 juta kepada 60 KPM, serta mengalokasikan lebih dari Rp300 juta untuk program pangan.

Lensa Kesehatan: Posyandu dan PMT

Posyandu Kenanga menjadi salah satu pilar kesehatan desa. Melalui berbagai program pemberian makanan tambahan (PMT), balita gizi kurang dan ibu hamil dengan risiko kekurangan energi kronis (KEK) mendapatkan asupan tambahan berupa telur, susu, hingga paket gizi dari CSR perusahaan.

Kegiatan rutin seperti penimbangan, konseling gizi, hingga pemeriksaan kesehatan balita dilakukan secara teratur. Data kesehatan juga divalidasi dan diintegrasikan dalam sistem, sehingga memudahkan pemantauan stunting di tingkat desa.

Penilaian dan Harapan ke Depan

Tim penilai yang dipimpin oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa KBB, Dudi Supriadi, bersama jajaran dari berbagai instansi, meninjau langsung administrasi, program, hingga kondisi lapangan. Pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkan menunjukkan bahwa penilaian ini bukan hanya formalitas, tetapi menjadi sarana pembelajaran bersama.

Anugerah Gapura Sri Baduga sendiri merupakan lomba yang digagas Pemkab Bandung Barat untuk mengukur sejauh mana desa-desa mampu berinovasi, berkreasi, sekaligus memperkuat partisipasi masyarakat.

Desa Cihanjuang menampilkan dirinya sebagai desa yang tumbuh dari gotong royong, dengan tantangan nyata seperti pengelolaan sampah, namun diimbangi inovasi sosial dan keberhasilan program kesehatan.

“Cihanjuang jangan sampai tertinggal dari Cimahi. Kami selalu mengutamakan musyawarah dan mufakat agar pembangunan bisa adil dan dipercaya masyarakat,” pungkas Kepala Desa Gagan.

Refleksi

Kunjungan tim penilai ke Desa Cihanjuang bukan hanya soal gapura yang indah, melainkan juga tentang makna pembangunan desa yang sesungguhnya: keterlibatan masyarakat, transparansi, dan inovasi. Cihanjuang memberi gambaran bahwa desa yang relatif kecil bisa menjadi contoh jika mengandalkan kekuatan bersama.

Dengan capaian ini, masyarakat berharap Cihanjuang tak hanya mampu meraih prestasi dalam lomba Anugerah Gapura Sri Baduga 2025, tetapi juga menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Bandung Barat. (aq-nk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *