Lembang Street Carnival Meriahkan HUT RI ke-80: Simfoni Budaya Nusantara di Kaki Gunung Tangkuban Parahu

Bandung Barat Bangun Desa

Kecamatan Lembang, Bandung Barat, 13 Agustus 2025 – Lebih dari sekadar pawai, Lembang Street Carnival yang digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, menjadi sebuah manifestasi nyata dari semangat kebersamaan, kreativitas, dan cinta tanah air. Puluhan ribu warga tumpah ruah di sepanjang jalan utama Lembang, menyaksikan parade yang tak hanya meriah, namun juga kaya akan makna dan pesan. Acara ini berhasil menyulap jalanan kota menjadi panggung raksasa yang menyajikan narasi budaya, inovasi, dan kebersamaan dari seluruh elemen masyarakat.

​Dalam sambutan pembukaan, Camat Lembang, Bambang Eko, didampingi istrinya Ibu Maya, mengapresiasi partisipasi seluruh pihak. “Karnaval ini adalah wujud nyata dari gotong royong dan kebersamaan kita. Di usia ke-80 kemerdekaan, semangat ini menjadi modal berharga untuk terus membangun Lembang yang lebih maju dan sejahtera,” ujar Camat Bambang Eko.

oplus_0

Turut hadir pula unsur TNI AD dan Kepolisian, Ketua Apdesi Agus Karyana, para kepala desa beserta perangkatnya, serta berbagai tokoh masyarakat dan komunitas yang menjadikan perayaan ini terasa begitu humanis dan menyentuh.

Jelajahi galeri foto kami dengan mengklik tombol di bawah ini.

Jantung dari Lembang Street Carnival terletak pada arak-arakan yang terstruktur, menampilkan keberagaman partisipasi dari berbagai tingkatan usia dan latar belakang. Barisan pertama dibuka dengan iringan meriah dari para siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN), dilanjutkan oleh barisan siswa-siswi dari SMP Negeri, lalu tingkat SMA dan SMK. Ini melambangkan estafet perjuangan dan harapan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

oplus_0
oplus_0
oplus_0

​Setelah parade dari para pelajar, panggung utama diserahkan kepada iringan paling dinanti: perwakilan dari 16 desa di Kecamatan Lembang. Setiap desa menampilkan karakter dan potensi uniknya, seakan mengukir peta budaya Lembang di atas aspal. Di barisan terdepan, terlihat beberapa kepala desa yang menunjukkan gaya kepemimpinan yang berbeda, ada yang menaiki Sisingaan yang megah, simbol kehormatan dan kebesaran, ada pula yang berjoget energik di atas mobil hias, serta yang paling banyak memilih untuk berjalan kaki diiringi arak-arakan debus. Gestur ini seolah menunjukkan bahwa pemimpin adalah bagian tak terpisahkan dari rakyatnya, siap berjalan bersama menghadapi segala tantangan.

oplus_0

​Momen haru terjadi ketika beberapa kepala desa secara simbolis memberikan hasil bumi kepada Camat Lembang. Mulai dari sayur-mayur segar, buah-buahan, hingga palawija yang melimpah, semua ini adalah wujud terima kasih atas bimbingan dan dukungan pemerintah kecamatan. Ini bukan sekadar pemberian tanpa makna, melainkan sebuah narasi visual tentang kesuburan tanah Lembang dan kemakmuran yang dirasakan masyarakat berkat kolaborasi yang kuat.

oplus_0

​Narasi Visual yang Kaya: Simbolisme dalam Setiap Langkah

oplus_0

​Suasana karnaval menjadi semakin hidup dengan kehadiran berbagai elemen unik yang menyimpan pesan mendalam. Di antara suara sound system horeg yang menggelegar, berbaris rapi para anggota Paskibra, PMR, dan Pramuka, melambangkan kedisiplinan dan semangat kepemudaan. Berbagai atraksi dari ekstrakurikuler sekolah turut dipertunjukkan, seperti karate, taekwondo, dan silat yang menunjukkan kekuatan fisik dan mental para pelajar. Kelompok marching band dan tarian tradisional menjadi pengiring yang harmonis, sementara komunitas seperti English Club dan Science Club menampilkan inovasi, membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada akademik.

oplus_0

​Kesenian tradisional menjadi magnet utama. Tarian Sisingaan yang gagah, pertunjukan Kuda Lumping yang memukau, hingga atraksi debus dari Harry Petir yang menegangkan, semuanya menjadi pengingat akan kekayaan warisan budaya Jawa Barat. Tidak ketinggalan, ornamen-ornamen sakral juga hadir, seperti Gunungan atau Kayon yang melambangkan alam semesta dalam pewayangan, serta aneka baju adat dari Sabang hingga Merauke yang menjadi simbol persatuan dalam keberagaman.

oplus_0

​Namun, yang paling mencuri perhatian adalah barisan patung-patung raksasa atau ogoh-ogoh yang diarak oleh para peserta. Setiap ogoh-ogoh menjadi sebuah perwakilan simbolik yang menarik untuk diinterpretasikan:
​Burung Garuda Raksasa: Sebagai simbol negara dan Pancasila, patung Garuda setinggi 5 meter menjadi pengingat akan jati diri bangsa.

oplus_0

​Tikus Hitam dan Macan Putih: Patung tikus raksasa sering kali menjadi simbol sindiran terhadap korupsi, sementara macan putih bisa mewakili kekuatan moral yang bersih.

​Buaya sepanjang 30 meter: Buaya dalam mitologi seringkali dihubungkan dengan bahaya atau keserakahan, yang mungkin menjadi pesan sosial untuk mewaspadai sifat-sifat buruk.

oplus_0

​Kuda Putih Bersayap: Melambangkan idealisme dan cita-cita tinggi.
​Raksasa Bertangan Enam dan Genderuwo: Merepresentasikan kekuatan jahat atau rintangan yang harus dihadapi.

​Padikut atau Ular-Ularan: Patung ular raksasa yang digendong beramai-ramai oleh beberapa orang menjadi simbol persatuan dan kekompakan dalam menghadapi tantangan.

oplus_0

​Stoomwal: Sebuah patung unik yang merepresentasikan alat berat pemadat aspal. Ini bisa menjadi simbol pembangunan dan kemajuan infrastruktur.

​Potensi Tak Terbatas dari 16 Desa
​Setiap desa di Kecamatan Lembang tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga menampilkan potensi daerahnya dalam setiap kreasi. Berikut adalah gambaran singkat dari potensi desa-desa yang meramaikan karnaval:

oplus_0

​Desa Cibodas & Desa Cikole: Dikenal sebagai pintu masuk ke kawasan Gunung Tangkuban Parahu, desa ini kaya akan potensi pariwisata alam dan hasil pertanian seperti sayuran dan bunga.

​Desa Cikahuripan & Desa Gudangkahuripan: Nama “Kahuripan” yang berarti kehidupan, seolah mencerminkan kekayaan lahan pertanian dan peternakan, khususnya peternakan sapi perah yang menjadi ciri khas Lembang.
​Desa Cibogo & Desa Cikidang: Dua desa ini memiliki lanskap perbukitan yang potensial untuk agrowisata dan perkebunan teh.

oplus_0

​Desa Jayagiri, Desa Lembang & Desa Kayuambon: Sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, desa-desa ini menonjolkan inovasi dari para pelaku UMKM, pusat kuliner, dan destinasi wisata modern.

​Desa Langensari & Desa Mekarwangi: Kedua desa ini dikenal dengan perkebunan buah-buahan seperti stroberi dan sayuran organik.

oplus_0

​Desa Pagerwangi, Desa Sukajaya & Desa Suntenjaya: Dengan topografi yang sejuk, desa-desa ini adalah lumbung sayuran unggulan dan memiliki potensi besar untuk pariwisata berbasis alam.
​Desa Wangunharja & Desa Wangunsari: Fokus pada potensi pertanian, kerajinan, dan pengembangan desa wisata.

​Kehadiran komunitas-komunitas seperti Baraya Urang Lembang dan Lembang Airsoft Community, serta perwakilan dari sekolah-sekolah seperti SMK PGRI 45, SMK Bina Wisata SMASS, dan LPK Putra Maju Kirin, semakin memperkuat kolaborasi antara berbagai sektor. Dari para pelajar hingga komunitas hobi, semua menyatu dalam satu semangat.

oplus_0
oplus_32
oplus_0
oplus_0
oplus_0
oplus_0
oplus_0
oplus_0

​Lembang Street Carnival 2025 bukan sekadar perayaan HUT RI, melainkan sebuah cerminan utuh dari Lembang: sebuah daerah yang tak hanya indah alamnya, tetapi juga kaya akan budaya, kreativitas, dan yang terpenting, semangat persatuan yang mengikat seluruh warganya. Lewat pawai ini, Lembang seolah mengirimkan pesan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika setiap elemen masyarakat, dari berbagai latar belakang, dapat bersatu dan berkontribusi untuk masa depan yang lebih baik. (red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *