Lempar Pisau dan Kapak: Olahraga Baru yang Kian Berkembang di Indonesia

Nasional Pendidikan

Dari Hobi Mahasiswa hingga Olahraga Nasional

Lempar pisau dan kapak kini bukan sekadar aktivitas rekreasi, tetapi telah berkembang menjadi cabang olahraga yang diakui secara nasional. Berawal dari komunitas kecil yang dibentuk oleh enam alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2010, olahraga ini terus menarik minat masyarakat luas.

Komunitas The Lempar Pisau Indonesia (The Lempis) awalnya hanya sekadar kegiatan iseng semasa kuliah. Namun, dengan semakin bertambahnya peminat, mereka mulai mengembangkan jaringan hingga membentuk chapter di berbagai kota, seperti Jakarta (JKT), Yogyakarta (JFM), Solo (Solmed), Jawa Timur (Sabit), Kolaka (KFM), dan banyak wilayah

lainnya.

Momentum besar terjadi pada 2016 saat kejuaraan nasional ketiga diadakan di Taman Pramuka. Kegiatan ini menarik perhatian banyak anggota Pramuka, yang kemudian mendorong terbentuknya wadah yang lebih resmi bagi olahraga ini.

Porlempika: Langkah Menuju Pengakuan Resmi

Pada 2017, Perkumpulan Olahraga Lempar Pisau dan Kapak Indonesia (Porlempika) resmi didirikan dengan tujuan menjadikan lempar pisau sebagai cabang olahraga prestasi yang diakui nasional dan menjadi anggota tetap KONI.

Untuk meningkatkan kompetensi atlet dan pelatih, Porlempika mengadakan berbagai pelatihan, termasuk di Sekolah Lempar Pisau Ahmadu, Rusia. Salah satu instruktur Indonesia bahkan memperoleh sertifikasi internasional pada 2018 dan kemudian mendirikan Sekolah Lempar Pisau dan Kapak Tronesia di Cipadung, Bandung.

Selain itu, Porlempika juga mulai mengeluarkan sertifikasi pelatih, memungkinkan olahraga ini diajarkan di sekolah dan komunitas sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Dalam delapan sesi pelatihan, peserta dapat mempelajari teknik dasar hingga tingkat mahir.

Lempar Pisau dalam Kurikulum Pramuka

Tingginya minat anggota Pramuka terhadap olahraga ini mendorong terbentuknya Satuan Komunitas (SAKO) Lempar Pisau, dengan gugus depan 23033 dan 23034 di Tronesia, Bandung.

Upaya ini bertujuan memasukkan lempar pisau ke dalam kurikulum resmi Pramuka melalui sistem Tanda Kecakapan Khusus (TKK) dan brevet keahlian. Berikut tahapan dalam Pramuka

:

Siaga: Pengenalan dasar melalui gambar dan teori lintasan pisau.

Penggalang (U-15): Mulai praktik dasar dan bisa mengikuti pertandingan resmi.

Penegak & Pandega (U-23): Latihan lanjutan dan kompetisi di tingkat SMA hingga mahasiswa.

Dengan dukungan kwartir cabang (Kwarcab) dan kwartir daerah (Kwarda), diharapkan SAKO Lempar Pisau dapat berkembang hingga tingkat nasional.

Dukungan Industri Lokal: Produksi Pisau Lempar Berkualitas

Seiring berkembangnya olahraga ini, Porlempika juga mendorong pengrajin lokal untuk memproduksi perlengkapan lempar pisau. Saat ini, beberapa daerah seperti Ciwidei, Sukabumi, dan Garut telah mampu memproduksi pisau lempar berkualitas dengan harga lebih terjangkau dibandingkan produk impor.

Harga satu set pisau lempar berkisar Rp500.000 untuk tiga buah, membuka peluang bagi industri kecil dan menengah (UMKM) untuk berkembang.

Sosialisasi ke Pesantren: Memperkenalkan Lempar Pisau ke Santri

Lempar pisau kini mulai diperkenalkan di lingkungan pesantren. Dalam acara Lomba Pesantren Daarus Sunnah, Tedi—salah satu perintis olahraga ini—bekerja sama dengan Porlempika untuk mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi para santri.

“Jika panahan dan berkuda sudah umum di kalangan santri, maka lempar pisau dan kapak juga bisa menjadi olahraga yang menarik serta bermanfaat, baik dari sisi rekreasi, prestasi, maupun pendidikan,” ujar Tedi.

Langkah ini diharapkan dapat mendorong terbentuknya unit kegiatan lempar pisau di pesantren, sehingga para santri bisa menjadikan olahraga ini sebagai aktivitas rutin.

Lempar Pisau: Olahraga Prestasi, Rekreasi, dan Edukasi

Sebagai olahraga yang terus berkembang, lempar pisau memiliki tiga aspek utama:

  1. Olahraga Prestasi

Lempar pisau memenuhi kriteria olahraga kompetitif dengan standar target, jarak, alat, serta sistem penilaian objektif.

Kejuaraan nasional dan internasional telah digelar, seperti Kejurnas di Dinas Jasmani Angkatan Darat (Mabes TNI Cilangkap) dan Open Tournament di Cibubur yang memperebutkan Piala Panglima TNI.

Saat ini, Porlempika telah terdaftar di KONI, dan hanya membutuhkan dukungan dua provinsi lagi untuk menjadi anggota tetap. Jika ini tercapai, lempar pisau berpotensi masuk dalam ajang multi-event nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON).

  1. Olahraga Rekreasi

Selain sebagai olahraga prestasi, lempar pisau juga bisa menjadi kegiatan rekreasi yang menyenangkan.

“Orang yang mencoba pertama kali pasti penasaran jika belum berhasil. Dan jika sudah berhasil, pasti ketagihan,” tambah Tedi.

Kegiatan ini juga tidak membutuhkan peralatan mahal atau lapangan besar, sehingga dapat dilakukan di berbagai tempat.

  1. Olahraga Edukasi & Pembinaan Karakter

Lempar pisau bukan sekadar soal kekuatan, tetapi juga mengajarkan fokus, kesabaran, dan pengendalian diri.

Bagi santri dan pelajar, olahraga ini bisa menjadi metode pembelajaran yang melatih disiplin dan konsistensi, sekaligus memberikan pengalaman fisik yang bermanfaat.

Masa Depan Lempar Pisau di Indonesia

Saat ini, Porlempika telah memiliki chapter di 17 provinsi, menunjukkan bahwa olahraga ini semakin diminati. Namun, untuk menjadi anggota tetap KONI dan berpartisipasi dalam event nasional, masih diperlukan dukungan dari dua provinsi tambahan.

“Harapan saya, suatu hari nanti kita bisa melihat anak-anak muda Indonesia bertanding di lintasan lempar pisau dalam event resmi, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional,” ujar Tedi.

Dengan semakin luasnya jangkauan olahraga ini, diharapkan lempar pisau bisa menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah, komunitas Pramuka, serta pesantren di seluruh Indonesia.(Nuka & Kiki).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *