PARONGPONG, BANDUNG BARAT – 12 September 2025. Dalam upaya mewujudkan Indonesia Bebas Karies 2030, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin meluncurkan program nasional kesehatan gigi dan mulut di SMPN 3 Parongpong dan Puskesmas Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Acara yang disiarkan langsung melalui platform zoom ke seluruh pelosok tanah air ini menandai komitmen serius pemerintah dalam mengatasi permasalahan kesehatan gigi masyarakat Indonesia.

Kondisi Mengkhawatirkan Kesehatan Gigi Indonesia
Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan menyampaikan data yang mengkhawatirkan tentang kondisi kesehatan gigi masyarakat Indonesia. “40 persen lebih masyarakat Indonesia sakit giginya,” ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin. Ia juga menyebutkan bahwa DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth) di Indonesia mencapai nilai 7,1, yang menunjukkan tingginya tingkat kerusakan gigi di tanah air.
Menkes juga memberikan contoh kasus nyata yang memperlihatkan dampak serius dari masalah kesehatan gigi. “Sebulan lalu dari Buton Tengah, ada pasien yang kena paru-paru karena infeksi gigi,” katanya, menekankan bagaimana masalah gigi yang tidak ditangani dengan baik dapat berdampak pada organ tubuh lainnya.
Kondisi ini sejalan dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%), dengan prevalensi karies mencapai 88,8%.

Strategi Pencegahan yang Sederhana namun Efektif
Menkes Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya pencegahan melalui langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan sehari-hari. “Memastikan gigi jangan sakit terutama gigi jangan bolong. Caranya sikat gigi yang baik yaitu sesudah sarapan pagi dan sesudah makan malam,” terang beliau.
Program ini juga menargetkan agar lansia Indonesia memiliki minimal 20 gigi yang masih berfungsi dengan baik. Hal ini sejalan dengan roadmap Rencana Aksi Nasional Kesehatan Gigi dan Mulut 2015-2030 yang telah ditetapkan pemerintah.

Penguatan Infrastruktur Kesehatan Gigi
Dalam kesempatan yang sama, Menkes mengakui tantangan infrastruktur kesehatan gigi yang masih dihadapi. “1000an puskesmas di Jawa Barat, 200 tidak ada dokter giginya. Ke depan akan ditambah lagi,” ungkapnya, menunjukkan komitmen untuk memperkuat layanan kesehatan gigi di tingkat primer.
Data menunjukkan bahwa menurut standar WHO, jumlah tenaga kesehatan mulut di Indonesia berada di bawah tingkat yang direkomendasikan, dengan hanya 1,2 dokter gigi per 10.000 penduduk pada tahun 2021. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Dukungan Pemerintah Daerah dan Partisipasi Masyarakat
Wakil Bupati Kabupaten Bandung Barat, Asep Ismail, menyampaikan kegembiraan atas kedatangan Menteri Kesehatan dalam rangka grand opening program Indonesia Bebas Karies ini. “Program ini harus sukses dan berhasil demi kesehatan gigi anak Indonesia,” tegas beliau.
Acara yang berlangsung meriah ini turut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Jawa Barat dr. Siska, Ida Rahmawati (istri Menteri Kesehatan), drg. Devia dari Devya Dental Clinic, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, jajaran perangkat Kecamatan Parongpong dan Desa Karyawangi serta jajaran Puskesmas Parongpong.

Apresiasi untuk Inovasi Kreatif
Sebagai bagian dari program, diadakan pula penganugerahan lomba video kreatif yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Untuk kategori puskesmas, UPTD Puskesmas Jati Bening meraih juara pertama, diikuti Puskesmas Eban NTT di posisi kedua, dan Puskesmas Blank Bintang sebagai juara ketiga.
Sementara itu, untuk kategori umum, Abdul Hadi berhasil meraih juara pertama, Fathurahman di posisi kedua, dan Kuratun sebagai juara ketiga. Para pemenang mendapatkan piagam penghargaan dan sejumlah hadiah uang tunai sebagai bentuk apresiasi atas kreativitas mereka dalam mempromosikan kesehatan gigi dan mulut.

Momentum Penting untuk Perubahan
Acara yang dimeriahkan dengan penampilan penyanyi Yuni Shara, Dewi Gita serta dan pertunjukan jaipong anak-anak SMPN 3 Parongpong ini bukan sekadar seremonial. Program Indonesia Bebas Karies merupakan bagian dari upaya komprehensif yang melibatkan tidak hanya sektor kesehatan, tetapi juga pendidikan dan masyarakat dalam membangun rutinitas sehat yang akan membantu anak-anak tumbuh lebih sehat.
Dengan target Indonesia Bebas Karies 2030, program ini menuntut kolaborasi dari berbagai pihak. Kehadiran siswa-siswi SMPN 3 Parongpong dan SDN Parongpong bersama guru-guru pendamping menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan gigi sejak dini.

Dalam kesempatan sesi wawancara terpisah, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Jawa Barat adalah dr. Siska Gerfianti, mengonfirmasi tingginya angka masalah kesehatan gigi di wilayahnya. “Dari hasil cek kesehatan gratis, masalah gigi mencapai 47%. Populasi Jawa Barat 50 juta jiwa, yang sudah cek kesehatan gigi 3,9 juta orang. Dari 1,2 juta yang diperiksa, 600.000 orang mengalami masalah gigi,” ungkapnya. dr. Siska sangat mengapresiasi peran serta sektor swasta. “Kami menyambut baik dan berterima kasih kepada drg. Devia yang luar biasa. Saya sangat senang dan bangga. Tanpa bantuan kepedulian dari pihak swasta seperti yang diperlihatkan drg. Devia, pemerintah akan kesulitan menyelesaikan masalah kesehatan gigi masyarakat,” ujarnya.
Program Indonesia Bebas Karies yang dicanangkan di Parongpong ini diharapkan dapat menjadi model yang dapat direplikasi di seluruh Indonesia, mengingat masalah kesehatan gigi merupakan tantangan nasional yang memerlukan penanganan serius dan berkelanjutan. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak dan komitmen kuat pemerintah, target Indonesia Bebas Karies 2030 bukan lagi sekadar impian, melainkan cita-cita yang dapat diwujudkan bersama.(aq-nk)