Menuju Ketahanan Pangan dengan Kreativitas: Lomba Cipta Menu Pangan Non-Beras Desa Suntenjaya

Bandung Barat Nasional

Suntenjaya, Lembang – Dalam rangka memperingati HUT RI ke-80, Pemerintah Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, menggelar lomba cipta menu pangan non-beras yang diikuti oleh seluruh 17 RW. Acara yang berlangsung pada Selasa, 12 Agustus 2025, di Aula Desa Suntenjaya ini tidak hanya menampilkan kreativitas kuliner masyarakat, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam memperkuat ketahanan pangan lokal.

Lomba yang dikhususkan untuk kader PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) ini mengangkat tema “Diversifikasi Pangan sebagai Sarana Peningkatan Ketahanan Pangan Menuju Suntenjaya”. Para peserta ditantang untuk menciptakan menu inovatif menggunakan bahan dasar kentang, tepung terigu, dan singkong, yang merupakan komoditas lokal melimpah di wilayah tersebut.

Acara yang dihadiri lebih dari seratus warga ini diprakarsai langsung oleh Kepala Desa Suntenjaya H. Asep Wahyono, dengan pembinaan dari Ibu Hj. Iros Rosmayanti sebagai Ketua TP-PKK Desa Suntenjaya. Sebagai juri utama hadir Ibu Maya, Ketua TP-PKK Kecamatan Lembang, yang turut memberikan arahan dan penilaian kepada peserta.

oplus_0

Beragam Kreasi Kuliner dari Setiap RW

Antusiasme masyarakat terlihat dari beragamnya menu yang dipersembahkan setiap RW.

Mulai dari RW 01 dengan steak kentang, donuts kentang, potato cheese ball, tahu tempe ayam goreng, dan lemon juice,

RW 02 menghadirkan puding jagung, nasi jagung, tumis jagung, dan perkedel jagung dengan telur sebagai pelengkap.

Sementara RW 03 menampilkan kreasi unik berupa lontong sayur dari singkong, getuk manis asin, juice jeruk, dan air susu.

RW 04 fokus pada olahan kentang dengan wedges potato, mashed potato, dan potato cheese pancake.

oplus_0

Kreativitas semakin tampak dari RW 05 dengan singkong nugget, ayam sayur, steak singkong keju, dan singkong santan manis.

RW 06 menyajikan sop kentang ikan gurame, risol kentang isi sayur, pia kentang coklat lumer, puding kentang, dan ore juice.

oplus_0

RW 07 menghadirkan bakwan jagung, putu jagung, pizza jagung, dan jagung susu keju.

RW 08, yang kemudian menjadi juara pertama, tampil memukau dengan getuk tumpeng merah putih, kroket isi ayam sayur, singkong kelapa merdeka, kue lapis pelangi, dan minuman rempah jahe bakar kayu manis pandan gula aren – semuanya terbuat dari singkong.

RW 09 menampilkan apem, jagung, nasi jagung, sop jagung, dan perjangungan.

RW 10 mengkreasikan kue bugis singkong mandi, singkong pandan gulung, dan pie singkong merah putih dengan santan.

RW 11 menyajikan nasi rames jagung isi tahu tempe ayam goreng, es jagung, urab sayur, risoles jagung, martabak jagung, dan jagung viral.

oplus_0

RW 12 hadirkan es hawai keju, puding jagung manis, bakwan jagung, dan jagung kepiting asam manis.

RW 13 menampilkan perkedel singkong, nasi singkong, gulai tahu telur daun singkong, apem singkong, dan es tape.

RW 14 menyajikan omelet kentang daging sayur, kentang lumpur, kentang lumpur Lapindo, dan susu.

RW 15 menghadirkan bola-bola singkong isi keju, singkong buntel isi ayam rica, dan singkong asli gula aren lokal.

RW 16 menampilkan kentang katsu, burger kentang telur, donat kentang, dan ubi ungu susu, hingga

Terakhir RW 17 yang menampilkan fla jagung, nasi jagung, sop jagung wortel brokoli, ikan nila asam manis jagung, nugget jagung, es jagung hawai.

oplus_0

Pokja 3 Suntenjaya yang menyelenggarakan acara turut memamerkan kreasi bola-bola kentang, kentang lumer, steak singkong, kentang sosis, donuts jagung, getuk keju, dan pepes jagung yang dibuat oleh enam orang koki.

Pentingnya Diversifikasi Pangan untuk Ketahanan Nasional

Diversifikasi pangan dengan menggunakan bahan nonberas seperti ubi kayu, jagung, kentang, dan talas merupakan agenda nasional yang penting untuk ketahanan pangan. Pemerintah menargetkan penurunan konsumsi beras dari 94,9 kg per kapita per tahun menjadi 85 kg per kapita per tahun pada tahun 2024.

oplus_0

Ketergantungan pada satu komoditas pangan tertentu menimbulkan risiko bagi ketahanan pangan global, mengingat 90% produksi padi-padian dunia didominasi oleh jagung, beras, dan gandum. Upaya diversifikasi bertujuan memperluas sumber makanan dengan memanfaatkan berbagai bahan pangan lokal yang ada di suatu daerah.

Penilaian dan Penetapan Juara

Dalam penilaian lomba, juri memberikan perhatian khusus pada aspek kebersihan, inovasi menu, cita rasa, dan penyajian. Ibu Maya sebagai ketua juri menyampaikan, “Olahan pangan itu tidak dari beras saja, jadikan menu yang tadi dimasak menjadi contoh bagi perbaikan gizi nanti di pos yandu. Singkong merdeka jadi inspirasi, ibu-ibu posyandu hebat.”

oplus_32

Hasil perlombaan menunjukkan persaingan ketat dengan selisih nilai tipis. RW 02 meraih Juara Harapan 1 dengan total nilai 1040. Juara 3 diraih RW 11 dengan total nilai 1045, disusul Juara 2 oleh RW 06 dengan total nilai 1080. Puncaknya, RW 08 berhasil meraih Juara 1 dengan total nilai 1090 berkat kreativitas menu berbahan dasar singkong yang memukau juri.

Juri Wida memberikan apresiasi sambil menyampaikan saran perbaikan: “Semua masakan baik, untuk meningkatkan pos yandu dalam penyajian ke anak dan ibu di pos yandu. Nanti kedepannya dalam kebersihan diusahakan untuk memakai sarung tangan dan celemek. Bukan hanya dari cita rasa dan keindahannya, tapi kebersihan penting.”

oplus_0

Wawancara Eksklusif dengan Kepala Desa

Dalam sesi terpisah, berikut ini wawancara dengan Kepala Desa Suntenjaya, H. Asep Wahyono, yang menjelaskan latar belakang penyelenggaraan lomba ini.

“Alhamdulillah, dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, Pemerintah Desa Suntenjaya menyelenggarakan berbagai macam kegiatan untuk mengisi kemerdekaan,” ujar H. Asep Wahyono. “Kalau kita melihat ke belakang, para orang tua kita dulu berjuang dengan mengorbankan nyawa demi kemerdekaan. Nah, sebagai generasi penerus, tugas kita tidak kalah berat, yaitu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.”

oplus_0

Kepala desa menjelaskan lebih lanjut tujuan strategis di balik lomba ini. “Hari ini, Selasa 12 Agustus 2025, kami menggelar lomba masak pangan non-beras. Tujuannya adalah untuk menggali potensi pangan lokal yang melimpah di Suntenjaya, seperti singkong dan ubi, yang bisa diolah menjadi beraneka ragam menu. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan.”

“Jadi, ketika beras tidak tersedia, Suntenjaya tetap siap memenuhi kebutuhan pangan warganya. Tapi tentu saja, kita semua berharap beras selalu tersedia,” tambahnya dengan optimis.

oplus_0

Mengenai partisipasi masyarakat, H. Asep Wahyono menyatakan kebanggaannya. “Alhamdulillah, seluruh 17 RW di Desa Suntenjaya ikut serta. Kegiatan ini bukan sekadar mencari juara, tapi lebih pada membangun kekompakan dan kerja sama antarwarga. Juara itu penting, tapi yang lebih penting adalah kebersamaan dan saling mendukung.”

Kepala desa juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat. “Pemerintah sehebat apa pun pemimpinnya, tanpa dukungan masyarakat tidak akan berhasil. Sebaliknya, masyarakat yang ingin maju juga memerlukan dukungan dari pemerintah. Jadi, mulai dari program pemerintah pusat—apalagi sekarang dengan program Pak Prabowo yang hebat—kemudian gubernur, pemerintah kabupaten, hingga pemerintah desa, semuanya harus bersinergi dengan masyarakat agar negara kita semakin maju.”

oplus_0

Perspektif Ketua TP-PKK Kecamatan Lembang

Ibu Maya, Ketua TP-PKK Kecamatan Lembang, memberikan pandangan mendalam tentang significance lomba ini. “Alhamdulillah, hari ini kita dapat melaksanakan lomba cipta menu, di mana para kader PKK Desa Suntenjaya dituntut untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan menu dari bahan pangan lokal,” ungkapnya.

“Ketahanan pangan di desa-desa, termasuk di kampung-kampung, seringkali mengandalkan bahan seperti singkong, ubi, kentang, dan jagung. Nah, pada lomba kali ini, bahan utama yang digunakan adalah singkong, kentang, dan jagung,” lanjut Ibu Maya menjelaskan fokus materinya.

oplus_0

Mengenai kriteria penilaian, Ibu Maya menerangkan secara detail: “Pertama, kami menilai kebersihan dan cara peserta mengolah menu. Misalnya, saat meracik dan memasak, bahan tidak boleh dibawa dari rumah, semua harus dilakukan di meja yang sudah disediakan. Kebersihan juga kami nilai, termasuk penggunaan celemek dan sarung tangan. Itu penting karena kebersihan adalah langkah awal untuk memberikan gizi yang baik kepada anak-anak.”

Tentang kelebihan juara pertama, Ibu Maya menjelaskan: “RW 8 tampil dengan sangat baik. Dari awal, tampilannya sudah menarik. Menurut saya pribadi, bahkan bersama penilaian Bu Bidan, hasilnya seimbang. Menu yang mereka buat sangat inovatif—dari singkong bisa diolah menjadi bubur jagung yang gurihnya alami, bukan dari bumbu tambahan. Rasanya pun enak dan khas.”

Dampak dan Keberlanjutan Program

Lomba ini bukan sekadar kompetisi sesaat, tetapi memiliki visi jangka panjang untuk pengembangan ketahanan pangan desa. Ibu Maya mengonfirmasi rencana keberlanjutan: “Betul. Dari TP-PKK Kecamatan Lembang, kami akan mengadakan lomba di tingkat kecamatan. Saat ini, misalnya, ada kegiatan fashion show daur ulang sampah di Pokja 3. Ke depannya, lomba cipta menu akan kami adakan lagi dengan melibatkan seluruh 16 desa di Kecamatan Lembang.”

“Kami ingin melihat inovasi dan terobosan luar biasa dari para kader di masing-masing wilayah,” tambah Ibu Maya dengan antusias.

Untuk memotivasi peserta, penyelenggara juga menyediakan insentif menarik. “Biasanya kami menyediakan piala bergilir dan uang pembinaan yang diberikan langsung secara tunai. Ini untuk memotivasi kader agar terus berkreasi dan mengembangkan kemampuan mereka. Seperti pada lomba senam geramas kemarin, hadiah uang pembinaan kami serahkan langsung pada hari itu juga,” jelas Ibu Maya.

Refleksi untuk Ketahanan Pangan Nasional

Lomba cipta menu pangan non-beras di Desa Suntenjaya ini merefleksikan upaya serius untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan. Diversifikasi pangan lokal mengurangi ketergantungan pada satu jenis makanan pokok seperti beras dan mampu menopang ketahanan pangan.

Kegiatan ini juga membuktikan bahwa inovasi dan kreativitas masyarakat lokal dapat menjadi kekuatan besar dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan. Dengan memanfaatkan potensi lokal seperti singkong, kentang, dan jagung, masyarakat Suntenjaya tidak hanya menciptakan menu lezat, tetapi juga membangun fondasi ketahanan pangan yang kuat.

oplus_0

Melalui lomba ini, pesan penting tersampaikan bahwa diversifikasi pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat. Kreativitas ibu-ibu PKK dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi menu bergizi dan menarik menunjukkan potensi besar yang dimiliki masyarakat Indonesia dalam mewujudkan kemandirian pangan.

Dengan tradisi baik seperti ini, Desa Suntenjaya telah memberikan contoh konkret bagaimana membangun ketahanan pangan dimulai dari level terkecil—keluarga dan komunitas lokal. Semangat gotong royong dan inovasi yang ditunjukkan dalam lomba ini diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk mengembangkan program serupa, sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional dapat terwujud secara berkelanjutan. (Nuka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *