Bandung Barat – 6 September 2025. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Lintang Astha berlangsung khidmat dan penuh renungan, dengan tema “Sholawat Menjadi Jalan Mencapai Keberkahan Hidup”. Acara yang dihadiri jamaah dari berbagai kalangan ini tidak hanya menjadi ajang syiar keagamaan, tetapi juga momentum memperdalam cinta kepada Rasulullah SAW serta memperkuat ikatan spiritual di tengah berbagai tantangan kehidupan.
Dalam sambutannya, Drh. H. M. Burhan sebagai pemilik Lintang Astha menyampaikan pesan penting tentang esensi peringatan Maulid Nabi. “Semoga kita bisa meneladani Rasulullah dalam setiap langkah kehidupan. Karena sebaik-baik manusia adalah yang mencontoh akhlak Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

Nilai Maulid: Bukan Kemegahan, Tapi Perubahan Diri
Rangkaian acara diisi dengan pembacaan Al-Barzanji dan ceramah agama oleh Ustadz Purnama. Dalam tausiyahnya, beliau menekankan bahwa ukuran keberhasilan peringatan Maulid Nabi bukanlah pada besarnya jumlah jamaah ataupun ketenaran penceramah, melainkan perubahan hati dan perilaku setelah acara usai.
“Kesuksesan Maulid Nabi bukan dari kemasyhuran mubalig, bukan dari ramainya jamaah, tetapi bagaimana setelah acara ini para hadirin mampu menjadi sosok yang sesungguhnya, yakni manusia yang semakin dekat kepada Allah,” tutur Ustadz Purnama.

Pesan ini selaras dengan spirit Maulid sejak zaman dahulu, ketika para ulama menekankan bahwa sholawat dan dzikir bukan sekadar ritual, melainkan sarana menumbuhkan cinta kepada Rasulullah SAW yang menjadi benteng dari berbagai ujian hidup.
Tantangan Kehidupan dan Jalan Spiritualitas
Dalam ceramahnya, Ustaz Purnama juga menyinggung berbagai keresahan masyarakat, mulai dari isu patahan Lembang yang rawan gempa, gelombang demonstrasi yang cenderung anarkis di Indonesia, hingga kabar macan tutul yang lepas dari kandang. Menurutnya, semua keresahan itu tidak boleh hanya berhenti pada kecemasan, tetapi harus diarahkan pada upaya mencari solusi melalui pendekatan spiritual.

“Segala bencana, keselamatan, dan ketentraman hidup adalah takdir dari Allah. Maka, jalan terbaik adalah mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan dekat kepada Allah, insyaallah kita akan dijauhkan dari bencana,” jelasnya.
Beliau menegaskan bahwa kedekatan dengan Allah dapat ditempuh dengan cara memperbanyak mengaji, membaca Al-Qur’an, dan menghadiri majelis ilmu. Ustadz Purnama mengingatkan bahwa ilmu adalah cahaya. “Segala sesuatu tanpa ilmu akan membawa celaka. Dengan ilmu, dengan hadir di majelis ilmu, bertemu orang-orang baik, maka insyaallah kita akan selamat dunia dan akhirat,” tambahnya.
Mengaji sebagai Benteng Umat
Ustadz juga mengutip sebuah riwayat yang menyebut bahwa ketika Allah hendak menurunkan bencana kepada suatu kaum, namun di tengah masyarakat itu masih ada yang mengaji dan memuji Rasulullah, maka bencana tersebut dapat dibatalkan.

Pernyataan ini memiliki akar kuat dalam tradisi Islam. Para ulama klasik menegaskan bahwa dzikir, doa, dan sholawat merupakan perisai yang menjaga keberkahan hidup. Dalam sejarah Islam, bahkan di masa-masa sulit seperti Perang Badar, doa dan sholawat menjadi kekuatan batin umat Islam yang meneguhkan jiwa mereka.
“Ketika masih ada yang bershalawat, masih ada yang mengaji, dan masih ada yang memperingati Maulid Nabi sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah, maka insyaallah bencana akan dijauhkan dari kita,” tegasnya.
Cinta Rasulullah sebagai Penyelamat
Lebih jauh, peringatan Maulid Nabi tidak hanya mengenang kelahiran manusia agung, tetapi juga menjadi sarana memperkuat rasa cinta kepada beliau. Dengan mencintai Rasulullah, umat Islam diyakini akan senantiasa mendapat syafaat serta perlindungan dari berbagai musibah.

Sejarah mencatat, perjuangan Rasulullah tidak hanya menghadapi rintangan dari luar, seperti kaum Quraisy, tetapi juga dari dalam, seperti permusuhan Abu Jahal yang keras menentang dakwah Islam. Perjalanan ini mengajarkan bahwa tantangan hidup adalah bagian dari sunnatullah, dan hanya dengan iman yang kokoh manusia dapat melewatinya.
“Merayakan Maulid Nabi berarti menceritakan perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam, sehingga kita semakin cinta kepada Rasulullah. Dengan cinta itu, insyaallah kita akan dijauhkan dari bencana,” pungkasnya.
Menjadikan Maulid Momentum Perubahan
Peringatan Maulid Nabi di Masjid Lintang Astha menjadi pengingat bahwa sholawat bukan sekadar lantunan lisan, tetapi energi spiritual yang menuntun pada keberkahan hidup. Di tengah situasi sosial yang penuh gejolak dan ancaman bencana alam, umat Islam diajak untuk kembali pada pondasi iman, ilmu, dan cinta kepada Rasulullah SAW.
Dengan memperbanyak sholawat, mengaji, dan menghadiri majelis ilmu, jamaah diyakini tidak hanya memperkuat spiritualitas pribadi, tetapi juga menjaga keselamatan bersama. Seperti pesan Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Nuke)